www.mahbubazqia.blogspot.com
Minggu, 27 Juli 2014
MENGHARGAI WAKTU
Bismillahirrohmanirrohiim
Ramadhan begitu cepat akan berlalu..
Waktu memang begitu berharga.
Bayangkan ada sebuah bank yang memberimu pinjaman berupa uang sejumlah Rp.86.400,- setiap paginya. Semua uang itu harus kau gunakan.
Pada malam hari,bank akan menghapus sisa uang yang tidak kau gunakan selama sehari.
Coba tebak, apa yang akan kau lakukan?
Tentu saja, menghabiskan semua uang pinjaman itu.
Setiap dari kita memiliki bank semacam itu; bernama WAKTU.
Setiap pagi, Allah ta’ala akan memberimu 86.400 detik.
Pada malam harinya Dia akan menghapus sisa waktu yang tidak kau gunakan untuk tujuan baik, karena Dia tidak memberikan sisa waktunya padamu.
Dia juga tidak memberikan waktu tambahan.
Setiap hari Dia akan membuka satu rekening baru utnukmu.
Setiap malam ia akan menghanguskan yang tersisa.
Jika kau tidak menggunakannya maka kerugian akan meninpamu.
Kamu tidak bisa menariknya kembali.
Juga, kamu tidak bisa meminta “uang muka” untuk keesokan hari.
Kamu harus hidup di dalam simpanan hari ini.
Maka dari itu, investasikanlah untuk Akhiratmu,
Jam terus berdetak.
Gunakan waktumu sebaik – baiknya.
Agar tahu pentingnya waktu SETAHUN, tanyakan pada murid yang gagal kelas.
Agar tahu pentingnya waktu SEBULAN, tanyakan pada ibu yang melahirkan prematur.
Agar tahu pentingnya waktu SEMINGGU, tanyakan pada editor majalah mingguan.
Agar tahu pentingnya waktu SEJAM, tanyakan pada kekasih yang menunggu untuk bertemu.
Agar tahu pentingnya waktu SEMENIT, tanyakan pada orang yang ketinggalan kereta.
Agar tahu pentingnya waktu SEDETIK, tanyakan pada orang yang baru saja terhindar dari kecelakaan.
Agar tahu pentingnya waktu SEMILI DETIK, tanyakan pada peraih medali perak Olimpiade.
Hargailah setiap waktu yang kamu miliki.
Dan lebih berharga lagi bila kamu menggunakannya untuk tujuan Kehidupan yang hakiki, Karena kehidupan ini adalah fana…
Dan ingatlah waktu tidaklah menunggu siapa – siapa,
Ia akan meninggalkan kita tanpa kompromi…
Demi WAKTU…
Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam KERUGIAN…
Kecuali orang-orang yang BERIMAN dan mengerjakan AMAL SALEH…
Dan NASEHAT-MENASEHATI supaya mentaati KEBENARAN…
Dan NASEHAT-MENASEHATI supaya menetapi KESABARAN.
(QS Al ‘Ashr :1-3)
Subhaanallaah...
Semoga kita tidak termasuk orang yang merugi dengan waktu. Aamiin
Rabu, 12 Maret 2014
TATA - TATA CARA BERSUCI DARI HAID DAN JUNUB
Bismillahirrohmanirrohiim
Cara mandi bagi wanita yang sudah selesai haidnya atau telah berjunub adalah sama dengan cara laki-laki mandi junub, hanya bagi wanita tidak wajib atasnya melepas ikatan atau kepangan (jalinan) rambutnya, sebagaimana dijelaskan dalam hadits Ummu Salamah radhiallahu anhaa berikut ini : "Seorang wanita berkata kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam : "Sesungguhnya aku adalah orang yang mengikat rambut kepalaku. Apakah aku (harus) membuka ikatan rambutkau untuk mandi janabat. " Rasulullah menjawawb: "Sungguh cukup bagimu menuang mengguyur) atas kepalamu tiga tuangan dengan air kemudian engkau siram seluruh badanmu, maka sungguh dengan berbuat demikian) engkau telah bersuci." {HR. Muslim, Ahmad, dan Tirmidzi dan dia berkata hadits ini adalah hasan shahih)Dalam riwayat lain hadits ini dari jalan Abdurrazaq dengan lafadz: "Apakah aku harus (harus) melepaskannya (ikatan rambutku) untuk mandi janabat?" disunahkan bagi wanita apbila mandi dari haid atau nifas memakai kapas yang ditaruh padanya minyak wangi lalu digunakan untuk membersihkan bekas darah agar tidak meninggalkan bau. Hal ini diterangkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Aisah Radhiallahu anha : "Bahwasanya Asma binti Yazid bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam tentang mandi haid. Maka beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda : "(hendklah) salah seorang di antara kalian memakai air yang dicampur dengan daun bidara (wewangian), kemudian dia bersuci dengannya lalu berwudhu dan memperbaiki wudhunya. Kemudian dia siramkan air di atas kepalanya. Lalu dia siramkan atasnya air (ke seluruh tubuh) setelah itu (hendaklah) dia mengambil kapas (atau kain yang telah diberi minyak wangi) kemudian ia bersuci dengannya."{HR. Al-Jamaah kecuali Tirmidzi}
Tidaklah mandi haid atau junub dinamakan mandi syari, kecuali dengan dua hal :
1. Niat, karena dengan niat terbedakan dari kebiasan dengan ibadah, dalilnya hadits Umar bin Khaththab radhiallahu anhu: "bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda : "Sesungguhnya amalan itu tergantung dari niatnya."{HR. Al-Jamaah}
Maknanya adalah bahwasanya sahnya amalan itu dengan niat, amal tanpa niat tidak dianggap syari. Yang perlu diingat bahwa niat adalah amalan hati bukan amalan lisan, jadi tidak perlu diucapkan.
2. Membersihkan seluruh anggota badan (mandi) dalam mengamalkan firman Allah subhanahu wa Taala: "Dan apabila kalian junub maka mandilah.{Al-Maidah :6}
Dan juga firman Allah subhanahu wa Taala : "Mereka bertanya kepadamu tentang haid , katakanlah haid itu kotoran yang menyakitkan) maka dari itu jauhkanlah diri kalian dari wanita (istri)yang sedang haiddan janganlah engkau mendekati mereka, sampai mereka bersuci (mandi)."{Al-Baqarah : 222}
Adapun tata cara mandi yang disunnahkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah :
1. mencuci kedua tangan sekali, dua kali atau tiga kali.
2. lalu mencuci kemaluan dengan tangan kiri, setelah itu tangan bekas menggsok kemaluan tersebut digosokan ke bumi.
3. kemudian berwudhu seperti wudhunyaorang yang mau shalat. Boleh mengakhirkan kedua kaki (dalam berwudhu tidak mencuci kaki)sampai mandi selesaibaru kemudian mencuci kedua kaki.
4. membasahi kepala sampai pangkal rambutdengan menyela-nyelanya dengan jari-jemari.
5. setelah itu menuangkan air di atas kepala sebanyak tiga kali.
6. kemudian menyiram seluruh tubuh, dimulai dengan bagian kanan tubuh lalu bagian kiri sambil membersihkan kedua ketiak, telinga bagian dalam, pusar dan jari jemari kaki serta menggosok bagian tubuh yang mungkin digosok.
7. selesai mandi, mencuci kedua kaki bagi yang mengakhirkannya (tidak mencucinya tatkala berwudhu)
8. membersihkan/mengeringkan airyang ada di badan dengan tangan (dan boleh dengan handuk atau lainnya)
Tata cara mandi seperti di atas sesuai dengan hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam : "dari Aisah radhiallahu anha, bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wasallam apabila dari junub beliau mulai dengan mencuci kedua tangannya, lalu beliau mengambil air dengan tangan kanan kemudian dituangkan di atas tangan kiri (yang) beliau gunakan untuk mencuci kemaluannya. Kemudian beliau berwudhu seperti wudhunya orang yang mau shalat. Selesai itu beliau mengambil air(dan menuangkannya di kepalanya)sambil memasukan jari-jemarinyake pangkal rambutnyahingga beliau mengetahui bahwasanya beliau telah membersihkan kepalanya dengan tiga siraman (air), kemudian menyiram seluruh badannya."{HR. Bukhari dan Muslim}
Dan juga hadits : "Dari Aisyah radhiallahu anha berkata: Adalah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam apabila mandi janabat beliau meminta air, kemudian beliau ambil dengan telapak tangannya dan dan mulai (mencuci) bagian kanan kepalanya lalu bagian kirinya. Setelah itu beliau mengambil air dengan kedua telapak tangannya lalu beliau balikkan (tumpahkan) di atas kepalanya."{HR. Bukhari dan Muslim}
Dalam hadits lain : "Dari Maimunah radhiallahu anha berkata : "Aku meletakan air untuk mandi Nabi shallallahu alaihi wasallam. Kemudian beliau menuangkan atas kedua tangannya dan mencucinya dua atau tiga kali, lalu beliau menuangkan dengan tangan kanannya atas tangan kirinya dan mencuci kemaluannya (dengan tangan kiri), setelah itu beliau gosokkan tangan (kirinya) ke tanah.Kemudian beliau berkumur-kumur, memasukanair ke hidung dan menyemburkannya, lalu mencuci kedua wajah dan kedua tangannya, kemudian mencuci kepalnya tiga kali dan menyiram seluruh badannya. Selesai itu beliau menjauh dari tempat mandinya lalu mencuci kedua kakinya. Berkata Maimunah : Maka aku berikan kepadanya secarik kain akan tetapi beliau tidak menginginkannya dan tetaplah beliau mengeringkan air (yang ada pada badannya) dengan tangannya."{HR. Al-Jamaah}
Cara mandi di atas adalah cara mandi wajib yang sempurna yang seharusnya dilakukan oleh setiap muslim dalam rangka untuk mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Perlu diketahui bahwa untuk mandi besar ada dua sifat:
1. Mandi sempurna dengan menggunakan cara-cara di atas.
2. Mandi biasa yaitu mandi yang hanya melakukan hal yang wajib saja tanpa melakukan sunnahnya, dallinya keumuman ayat dalam surat yang artinya : "Janganlah kalian dekati mereka (wanita Haid) sampai mereka bersuci (mandi) dan apbila mereka telah mandi...."{Al-Baqarah 222}. Dan juga dalam firman Allah subhanahu wa Taala : Dan apabila kalian junub maka bersucilah (mandilah)."{Al-Maidah : 6}
Dalam dua ayat di atas Allah subhanau wa Taala tidak menyebutkan kecuali mandi saja, dan barang siapa telah membasahi seluruh badannya dengan air dengan mandi besar walaupun hanya sekali berarti dia telah suci. Yang demikian juga telah ada keterangan dari hadits shahih dari Aisyah dan Maimunah radhiallahu anhuma, juga hadits Ummu Salamah radhiallahu anha : "Cukuplah bagimu menuangkan air di atas kepalanya tiga kali tuangan , kemudian engkau siram (seluruh badanmu) dengan air, (dengan berbuat dmikian) maka sungguh engkau telah bersuci."{HR. Muslim}
Sebaik-baik teladan adalah Nabi shallallahu alaihi wasallam.
Semoga kita dapat mengamalkan sunnah dengan sebaik mungkin sampai akhir hayat kita. Aamiin
Wallahu a`lam
Jumat, 07 Maret 2014
Aqidah Kaum Sufi
Bismillahirrohmanirrohiim
Syeikh Abdul Wahab Asy-Sya’rani
Perlu anda ketahui, wahai saudaraku, kaum sufi telah sepakat bahwa Allah Swt. adalah Tuhan Yang Maha Esa yang tiada duanya, bersih dari teman (istri) dan anak, Mahadiraja yang tiada sekutu, Sang Pencipta yang tidak ada pengatur lain bersamanya, ada (wujud) dengan Dzat-Nya tanpa membutuhkan Pencipta yang mewujudkan-Nya, akan tetapi justru segala yang diwujudkan ini butuh kepada-Nya. Maka seluruh alam ini wujud karena-Nya, sedangkan Allah Swt. wujud dengan Dzat-Nya sendiri, tidak ada permulaan bagi wujud-Nya dan tidak ada akhir dalam kekekalan-Nya, akan tetapi wujud-Nya secara mutlak yang terus-menerus berbuat dengan sendiri-Nya. Dia bukanlah jauhar yang bisa diukur dengan tempat, dan juga bukan ‘aradh yang mustahil untuk bisa tinggal, bukan pula jisim yang memerlukan arah. Dia Mahasuci dari segala arah dan wilayah, hanya bisa dilihat oleh mata kalbu, istiwa’ di ‘arasy-Nya sebagaimana yang difirmankan dan sesuai dengan apa yang dimaksudkan, sebagaimana juga ‘arasy-Nya dan apa yang dimuatnya mencakup dunia dan akhirat, tidak memiliki persamaan yang bisa dirasionalkan dan ditunjukkan oleh akal, tidak terbatas oleh waktu dan tidak termuat oleh tempat. Dia sekarang sebagaimana semula. Dialah yang menciptakan apa yang bisa bertempat dan juga tempatnya. Dialah yang menciptakan masa dan yang berfirman: “Akulah Dzat Yang Mahatunggal.
Yang Mahahidup, Yang tidak merasa berat untuk menjaga dan memelihara makhlukNya. Tidak memiliki sifat yang sebelumnya tidak ada, sebagaimana sifat makhluk. Dia Mahasuci untuk ditempati oleh barang baru (makhluk) atau bertempat pada barang baru, atau makhluk ada sebelum-Nya atau Dia ada sebelum makhluk. Akan tetapi hanya bisa dikatakan bahwa Dia ada, dan tidak ada sesuatu pun bersama-Nya. Sebab sebelum dan sesudah adalah suatu ungkapan yang menunjukkan waktu yang juga merupakan makhluk yang Dia ciptakan. Maka kita tidak boleh mengatakan kepada-Nya sesuatu yang Dia sendiri tidak mengatakan untuk Diri-Nya. Sebab Dia telah mengatakan untuk Diri-Nya sendiri, “Mahaawal dan Mahaakhir,” dan bukan “sebelum dan sesudah.”
Dialah Yang Maha menjaga dan melakukan segala-galanya, yang tidak pernah tidur dan kantuk, Maha memaksa yang tidak bisa ditandingi. “Tidak ada sesuatu pun seperti Dia, dan Dia Maha mendengar lagi Maha melihat.” (Q.S. asy-Syura:11).
Dialah yang menciptakan ‘arasy dan dijadikan sebagai batas istiwa’ (sebagaimana yang Dia kehendaki), Dialah yang menciptakan Kursi yang luasnya cukup untuk bumi dan langit, menciptakan Lauh Mahfuzh dan al-Qalam (pena) yang tinggi, Dia lakukan sebagai pencatat pada makhluk sampai Hari Kiamat dan keputusan dilaksanakan. Dia menciptakan seluruh alam tanpa ada contoh sebelumnya, menciptakan makhluk dari apa yang diciptakan mereka. Dia memberi ruh pada jasad sebagai pengaman, Dia menjadikan jasad yang diberi ruh ini sebagai khalifah di bumi, lalu Dia menundukkan seluruh apa yang ada di langit dan di bumi untuknya. Maka tidak ada yang bisa bergerak sekalipun hanya seberat atom kecuali karena-Nya dan dengan-Nya. Dia menciptakan semua itu tanpa pamrih dan tak ada yang mengharuskanNya untuk menciptakan. Akan tetapi Ilmu-Nya tentang hal itu lebih dahulu, sehingga Dia menciptakan apa yang hendak Dia ciptakan.
Dia Mahaawal dan Mahaakhir, Dia Mahalahir dan Mahabatin, Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Dia sangat memahami dan mengetahui segala sesuatu, Dia sanggup menghitung segala sesuatu dengan jumlah yang benar. Dia Mahatahu apa yang rahasia dan yang lebih rahasia, Dia mengetahui apa yang tidak sanggup dilihat oleh mata secara benar dan apa yang dirahasiakan oleh kalbu. Bagaimana mungkin Dia tidak tahu apa yang Dia ciptakan sendiri, “Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui [apa yang kamu lahirkan dan rahasiakan]; dan Dia Maha Halus lagi Maha mengetahui?” (Q.S. al-Mulk: 14).
Dia telah tahu segala sesuatu sebelum terwujud, kemudian Dia mewujudkannya sesuai dengan apa yang Dia ketahui. Dia senantiasa tahu tentang segala sesuatu, sementara Ilmu-Nya tidak akan bertambah (baru) ketika terjadi sesuatu yang baru dalam lingkup Ilmu-Nya. Dia menciptakan segala sesuatu secara cermat dan kokoh, Dia Mahatahu secara global dan terinci dengan mutlak. Dialah Yang Maha mengetahui hal yang gaib dan yang bisa disaksikan oleh mata, maka Mahasuci Allah dan segala apa yang disekutukan oleh orang-orang musyrik. Dia Maha melakukan terhadap apa yang Dia kehendaki. Dialah yang berkehendak untuk menciptakan apa yang terwujud di alam bumi dan langit, dimana Kekuasaan-Nya tidak bergantung dengan mewujudkan sesuatu sehingga Dia menghendakinya, sebagaimana Dia tidak akan menghendaki sesuatu sehingga Dia mengetahui. Sebab sangat mustahil Allah Swt. menghendaki sesuatu yang Dia tidak mengetahuinya, atau melakukan perbuatan yang tidak Dia kehendaki, sedangkan Dia berbuat secara bebas dan atas pilihan-Nya sendiri. Juga sangat mustahil semua kenyataan ini terwujud bukan dan Dzat Yang Mahahidup. Demikian pula akan mustahil sifat-sifat ini ada tanpa Dzat yang diberi sifat.
Maka tidak ada apa pun dalam wujud ini baik taat maupun durhaka, untung maupun rugi, merdeka maupun hamba, dingin maupun panas, hidup maupun mati, berhasil maupun gagal, siang maupun malam, lurus maupun bengkok, daratan maupun lautan, genap maupun ganjil, jauhar maupun ‘aradh, sehat maupun sakit, senang maupun susah, jasad maupun ruh, gelap maupun terang, bumi maupun langit, banyak maupun sedikit, pagi maupun sore, putih maupun hitam, sadar maupun tidur, lahir maupun batin, bergerak maupun berhenti, kering maupun basah, kulit maupun isi, baik yang berlawanan maupun yang sepadan dan mirip kecuali semuanya dikehendaki oleh Allah Swt. Lalu bagaimana tidak dikehendaki-Nya sedangkan Dia yang menciptakan? Lalu bagaimana Dia yang punya kebebasan dalam mewujudkan segala sesuatu akan menciptakan sesuatu yang bukan atas Kehendak-Nya, dimana tidak ada yang bisa menolak apa yang menjadi amarNya, tidak ada yang menuntut dan menilai kebijakan hukumNya. Dia akan memberi kekuasaan kepada orang yang Dia kehendaki dan akan mencabutnya kembali dari orang yang Dia kehendaki pula, Dia akan mengangkat derajat orang yang Dia kehendaki dan akan rnerendahkan orang yang Dia kehendaki, Dia akan menyesatkan dan memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki. Apa yang Allah kehendaki akan terjadi, dan apa yang tidak Dia kehendaki maka tidak akan terwujud.
Yang Mahahidup, Yang tidak merasa berat untuk menjaga dan memelihara makhlukNya. Tidak memiliki sifat yang sebelumnya tidak ada, sebagaimana sifat makhluk. Dia Mahasuci untuk ditempati oleh barang baru (makhluk) atau bertempat pada barang baru, atau makhluk ada sebelum-Nya atau Dia ada sebelum makhluk. Akan tetapi hanya bisa dikatakan bahwa Dia ada, dan tidak ada sesuatu pun bersama-Nya. Sebab sebelum dan sesudah adalah suatu ungkapan yang menunjukkan waktu yang juga merupakan makhluk yang Dia ciptakan. Maka kita tidak boleh mengatakan kepada-Nya sesuatu yang Dia sendiri tidak mengatakan untuk Diri-Nya. Sebab Dia telah mengatakan untuk Diri-Nya sendiri, “Mahaawal dan Mahaakhir,” dan bukan “sebelum dan sesudah.”
Dialah Yang Maha menjaga dan melakukan segala-galanya, yang tidak pernah tidur dan kantuk, Maha memaksa yang tidak bisa ditandingi. “Tidak ada sesuatu pun seperti Dia, dan Dia Maha mendengar lagi Maha melihat.” (Q.S. asy-Syura:11).
Dialah yang menciptakan ‘arasy dan dijadikan sebagai batas istiwa’ (sebagaimana yang Dia kehendaki), Dialah yang menciptakan Kursi yang luasnya cukup untuk bumi dan langit, menciptakan Lauh Mahfuzh dan al-Qalam (pena) yang tinggi, Dia lakukan sebagai pencatat pada makhluk sampai Hari Kiamat dan keputusan dilaksanakan. Dia menciptakan seluruh alam tanpa ada contoh sebelumnya, menciptakan makhluk dari apa yang diciptakan mereka. Dia memberi ruh pada jasad sebagai pengaman, Dia menjadikan jasad yang diberi ruh ini sebagai khalifah di bumi, lalu Dia menundukkan seluruh apa yang ada di langit dan di bumi untuknya. Maka tidak ada yang bisa bergerak sekalipun hanya seberat atom kecuali karena-Nya dan dengan-Nya. Dia menciptakan semua itu tanpa pamrih dan tak ada yang mengharuskanNya untuk menciptakan. Akan tetapi Ilmu-Nya tentang hal itu lebih dahulu, sehingga Dia menciptakan apa yang hendak Dia ciptakan.
Dia Mahaawal dan Mahaakhir, Dia Mahalahir dan Mahabatin, Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Dia sangat memahami dan mengetahui segala sesuatu, Dia sanggup menghitung segala sesuatu dengan jumlah yang benar. Dia Mahatahu apa yang rahasia dan yang lebih rahasia, Dia mengetahui apa yang tidak sanggup dilihat oleh mata secara benar dan apa yang dirahasiakan oleh kalbu. Bagaimana mungkin Dia tidak tahu apa yang Dia ciptakan sendiri, “Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui [apa yang kamu lahirkan dan rahasiakan]; dan Dia Maha Halus lagi Maha mengetahui?” (Q.S. al-Mulk: 14).
Dia telah tahu segala sesuatu sebelum terwujud, kemudian Dia mewujudkannya sesuai dengan apa yang Dia ketahui. Dia senantiasa tahu tentang segala sesuatu, sementara Ilmu-Nya tidak akan bertambah (baru) ketika terjadi sesuatu yang baru dalam lingkup Ilmu-Nya. Dia menciptakan segala sesuatu secara cermat dan kokoh, Dia Mahatahu secara global dan terinci dengan mutlak. Dialah Yang Maha mengetahui hal yang gaib dan yang bisa disaksikan oleh mata, maka Mahasuci Allah dan segala apa yang disekutukan oleh orang-orang musyrik. Dia Maha melakukan terhadap apa yang Dia kehendaki. Dialah yang berkehendak untuk menciptakan apa yang terwujud di alam bumi dan langit, dimana Kekuasaan-Nya tidak bergantung dengan mewujudkan sesuatu sehingga Dia menghendakinya, sebagaimana Dia tidak akan menghendaki sesuatu sehingga Dia mengetahui. Sebab sangat mustahil Allah Swt. menghendaki sesuatu yang Dia tidak mengetahuinya, atau melakukan perbuatan yang tidak Dia kehendaki, sedangkan Dia berbuat secara bebas dan atas pilihan-Nya sendiri. Juga sangat mustahil semua kenyataan ini terwujud bukan dan Dzat Yang Mahahidup. Demikian pula akan mustahil sifat-sifat ini ada tanpa Dzat yang diberi sifat.
Maka tidak ada apa pun dalam wujud ini baik taat maupun durhaka, untung maupun rugi, merdeka maupun hamba, dingin maupun panas, hidup maupun mati, berhasil maupun gagal, siang maupun malam, lurus maupun bengkok, daratan maupun lautan, genap maupun ganjil, jauhar maupun ‘aradh, sehat maupun sakit, senang maupun susah, jasad maupun ruh, gelap maupun terang, bumi maupun langit, banyak maupun sedikit, pagi maupun sore, putih maupun hitam, sadar maupun tidur, lahir maupun batin, bergerak maupun berhenti, kering maupun basah, kulit maupun isi, baik yang berlawanan maupun yang sepadan dan mirip kecuali semuanya dikehendaki oleh Allah Swt. Lalu bagaimana tidak dikehendaki-Nya sedangkan Dia yang menciptakan? Lalu bagaimana Dia yang punya kebebasan dalam mewujudkan segala sesuatu akan menciptakan sesuatu yang bukan atas Kehendak-Nya, dimana tidak ada yang bisa menolak apa yang menjadi amarNya, tidak ada yang menuntut dan menilai kebijakan hukumNya. Dia akan memberi kekuasaan kepada orang yang Dia kehendaki dan akan mencabutnya kembali dari orang yang Dia kehendaki pula, Dia akan mengangkat derajat orang yang Dia kehendaki dan akan rnerendahkan orang yang Dia kehendaki, Dia akan menyesatkan dan memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki. Apa yang Allah kehendaki akan terjadi, dan apa yang tidak Dia kehendaki maka tidak akan terwujud.
www.sufinews.com
Jumat, 28 Februari 2014
Diantara Tawadlu'nya Rasulullah S.A.W
Bismillahirrohmanirrohiim
Tawadhu'nya ( sifat rendah diri ) Rasulullah S.A.W. terdapat pada ketinggian manshobahnya dan derajatnya, beliau adalah manusia paling rendah diri dan yang tidak mempunyai kesombongan, sesungguhnya Rasulullah S.A.W. mendapatkan dua pilihan antara menjadi Nabi berbentuk raja atau Nabi berbentuk hamba sahaya, maka beliau memilih menjadi berbentuk hamba, maka berkata Malaikat Israfil kepadanya : " Sesungguhnya Allah telah memberimu dengan sebab engkau berendah diri. Sesungguhnya engkau pemimpin anak Adam pada hari Kiamat, dan pertama memberi syafaat ".
Diriwayatkan dari Abu Umamah, bahwasanya Rasulullah S.A.W. keluar kepada kami memakai tongkat, maka kami berdiri ( menghormati/menyambut ) untuknya. Maka Rasulullah S.A.W. berkata : " Jangan kamu berdiri sebagaimana orang-orang ajam berdiri, membesarkan ( menghormati satu dengan yang lainnya ). Sesungguhnya aku adalah seorang hamba yang makan sebagaimana hamba sahaya makan, dan aku duduk sebagaimana hamba sahaya duduk ".
Dari tawadhu'nya, Rasulullah S.A.W. mengendarai keledai, menyambangi orang miskin, duduk bersama orang fakir, menjawab undangan hamba sahaya ( budak ) dan duduk bercampur ditengah sahabat-sahabatnya sampai selesai majelis.
Dalam Hadits Umar bin Khathab, Rasulullah S.A.W. berkata : " Janganlah kamu memujiku secara berlebihan sebagaimana orang Nasrani memuji Nabi Isa bin Maryam. Sesungguhnya saya seorang hamba, maka katakanlah hamba Allah dan Rasulnya. "
Dari Anas bin Malik, bahwasanya ada satu orang perempuan mempunyai keperluan mendatangi Rasulullah S.A.W. dan berkata : " Sesungguhnya aku ada suatu keperluan padamu ", maka Rasulullah S.A.W. berkata : " Duduklah wahai Ummu Fulan ". Kemudian Rasulullah S.A.W. duduk sampai orang tersebut menyelesaikan keperluannya.
Berkata Anas bin Malik, Bahwasanya Rasulullah S.A.W. mengendarai keledai untuk menjawab undangan hamba sahaya, dalam undangannya disediakan roti kering dan kue yang sudah berubah baunya, maka beliau memakannya.
Rasulullah S.A.W. ketika Haji, mengendarai kendaraan dengan memakai selimut yang harganya tidak lebih dari 4 dirham, sambil berkata : " Ya Allah, jadikanlah hajiku haji yang mabrur tidak terdapat riya didalamnya atau kesombongan ". Dan beliau berkorban pada haji tersebut sebanyak 100 onta dan tatkala dibuka untuknya Makkah ( Fathul Makkah ) beliau memasukinya dengan tentara Muslim dengan menundukkan kepalanya diatas kendaraannya hingga hampir menyentuh kakinya berendah diri ( tawadhu' ) kepada Allah S.W.T.
Dari sifat rendah dirinya beliau terlihat dalam perkataannya : " Janganlah kamu membandingkan aku lebih baik dari Yunus bin Matta dan jangan pula kamu sekalian membandingkan aku dengan para Nabi dan janganlah kamu sekalian membandingkan aku lebih baik dari Musa, jika seandainya kejadian yang tertimpa Nabi Yusuf di penjara terjadi padaku, aku akan menjawab permintaan yang memintanya ". Dan beliau berkata kepada yang mengatakan padanya : " Ya Khairal Bariyyah ( wahai sebaik-baik manusia dimuka bumi ini ) itu adalah Ibrahim A.S. ".
Diriwayatkan dari Aisyah, Imam Hasan dan Abi Sa'id serta lainnya, bahwasanya Rasulullah S.A.W. di rumahnya melaksanakan pekerjaan keluarganya, membersihkan, melipat bajunya, memerah kambingnya, menyapu rumahnya, menjahit sandalnya apabila ada kerusakan, menyiapkan makanan dan minuman untuk hewannya, makan bersama pembantunya, membuat makanan bersamanya dan membawa barang belanjaannya dari pasar.
Pernah datang seorang laki-laki kepadanya, gemetar setelah melihatnya disebabkan haibah Rasulullah S.A.W., berkata Rasulullah S.A.W. kepadanya : " Tenanglah wahai saudaraku, sesungguhnya aku bukan malaikat, akan tetapi seorang laki-laki yang dilahirkan dari perempuan Quraisy yang makan makanan ".
Dari Abu Hurairah, aku masuk pasar bersama Rasulullah S.A.W. dan beliau membeli satu celana dan berkata kepada penjual : " Timbang dan hargailah ". Tatkala selesai, si penjual menarik tangan Rasulullah S.A.W. dan menciumnya, Rasulullah menarik tangannya dengan berkata : " Ini pekerjaan dilakukan orang ajam terhadap raja-rajanya dan aku bukanlah seorang raja, tetapi seorang laki-laki sama denganmu ". Kemudian Rasulullah S.A.W. mengambil celana tersebut, maka aku ( Abu Hurairah ) mendekati Rasulullah S.A.W. untuk membawakan celana tersebut, beliau berkata : " Pemilik sesuatu lebih pantas untuk membawa miliknya ".
Wallahu a`lam
Rabu, 19 Februari 2014
Rambut Gondrong dan Dinamika Perlawanannya
Bismillahirrohmanirrohiim
Ada banyak orang yang beranggapan, mereka yang memelihara rambut gondrong sebagai tipikal manusia yang tak mau diatur, bebal, dan sering sekali disebut (maaf!) tidak mengenal sopan santun. Tidak mengherankan, dalam film-film borjuis para penjahat digambarkan dengan rambut gondrong, memakai kacamata hitam, dan bertatto.
Namun, jika ditilik secara historis, seluruh argumen di atas akan segera berguguran. Sebagai missal, meminjam sejarawan Anthony Reid, rambut gondrong sangat melekat dalam tradisi masyarakat Asia Tenggara, termasuk nusantara saat itu, sebagai perlambang atau simbol kekuatan dan kewibawaan seseorang.
Dalam masyarakat Indonesia, setelah masuknya pengaruh islam dan barat, rambut mulai menjadi penanda seksualitas seseorang; laki-laki identik dengan rambut pendek dan rapi, sedangkan perempuan berambut panjang. Pemotongan rambut juga semakin dikaitkan dengan persoalan agama, sesuatu yang membedakan dengan tradisi leluhur masyarakat setempat yang dianggap belum beragama.
Selain peci dan pakaian rapi sebagai simbol aktivis pergerakan, rambut gondrong pun pernah menjadi identitas para pemuda dalam perjuangan revolusi Indonesia. Mulai dari jaman Jepang hingga masa-masa revolusi fisik, para pemuda pejuang semakin identik rambut gondrong dan seragam militer.
Oleh orang-orang Belanda, yang sudah terbiasa dengan rambut pendek dan disisir rapi seperti umumnya penampilan orang Eropa saat itu, para pemuda pejuang ini dilabeli cap “ekstremis”. Saat itu, terutama dari para pemuda dan bekas “jago” yang merasa terpanggil oleh revolusi, para pejuang semakin akrab dengan rambut panjang terurai, berseragam militer, dan sebuah pistol yang tersemat di pinggang.
Salah satu saksi hidup dan pelaku sejarah saat itu, Francisca C. Fanggidaej punya penggambaran sangat menarik soal itu. “Kota Yogya mendidih dari semangat dan tekad juang pemuda. Pekik dan salam MERDEKA memenuhi ruang udara kota. Jalan-jalan dikuasai pemuda: kebanyakan berambut gondrong, mereka bersenjatakan pestol, senapang, brengun sampai kelewang panjang Jepang, dan sudah tentu bambu-runcing. Kepala mereka mereka ikat dengan kain merah …. Yah, semangat juang, rasa romantisme dan kecenderungan kaum muda untuk berlagak dan bergaya bercampur dengan sikap serius dan tenang dengan tekad pantang mundur yang terpancar dari mata dan wajah mereka,” demikian ditulis Francisca Fanggidaej.
Ali Sastroamidjojo (1974:198) dalam otobiografinya menggambarkan pemuda yang berambut gondrong dengan gayanya yang urakan sebagai kekuatan revolusi di Yogyakarta pada awal tahun 1946.
Walaupun pernah menjadi simbol dari pemuda revolusioner, tetapi Soekarno pernah dibuat “kesel” dengan gaya rambut gondrong ini, terutama saat perjuangan melawan kebudayaan imperialis sedang memuncak. Karena rambut gondrong semakin identik dengan “lifestyle” pemuda-pemuda barat, maka Soekarno pun pernah memberi cap kepada mereka sebagai “kontra-revolusioner”.
Setelah memasuki era rejim Soeharto, rambut gondrong semakin ditindas dan divonis sebagai gaya yang bertentangan dengan kepribadian bangsa. Pangkopkamtib Jenderal Sumitro telah berkata, bahwa rambut gondrong membuat pemuda onverschillig, acuh tak acuh. Alhasil, sebagai pelaksanaan petuah dari petinggi militer, gerakan anti-gondrong pun mulai dikampanyekan di segala lini kehidupan.
Di sejumlah perguruan tinggi, para pimpinan Universitas sudah menyarankan mahasiswanya untuk tidak gondrong, dan kalau tetap memilih gaya tersebut, mereka dipersilahkan memilih pindah ke kampus lain yang menerima gondrong. Di Sumatera Utara, oleh gubernur saat itu, Marah Halim, telah dibentuk “”Badan Koordinator Pemberantasan Rambut Gondrong”—disingkat BAKORPRAGON, yang tugasnya adalah melakukan operasi dan menangkap mereka yang berambut gondrong.
Karena lama-kelamaan gerakan anti-gondrong ini semakin pukul rata, maka para seniman pun terkena getahnya, misalnya Sophan Sophiaan, Broery Marantika, Trio Bimbo, W.S. Rendra, Umar Kayam Affandi, Achmad Akbar, Remmy Silado, Ireng, Taufiq Ismail, dan lain sebagainya.
Di gerakan mahasiswa, yang semakin “kesal” dengan sikap Soeharto dalam membabat korupsi, rambut gondrong telah dijadikan sebagai salah satu bentuk perlawanan. Ketika pemerintah melakukan razia anti-gondrong, berbagai elemen gerakan mahasiswa di Bandung menggelar razia anti-orang gendut, sebuah bentuk ekspresi kekecewaan terhadap maraknya pejabat yang korup.
Salah satu peristiwa yang memicu perlawanan terbuka mahasiswa versus militer adalah terbunuhnya Rene Louis Conrad, mahasiswa elektro di ITB, tewas dibunuh secara mengenaskan akibat dikeroyok oleh taruna Akpol. Sesaat sebelum pengeroyokan, mahasiswa ITB melakukan pertandingan persahabatan dengan taruna Akpol, namun berakhir dengan tawuran massal karena ledek-ledekan kedua pihak.
Mahasiswa dan pelajar se-Bandung mengecam peristiwa terbunuhnya Rene Conrad. Sebagai bentuk solidaritas terhadap Rene dan mahasiswa ITB, sedikitnya 50.000 orang berpartisipasi dalam demonstrasi mengecam kejadian itu.
Walaupun dapat dikatakan bahwa rambut gondrong sangat dipengaruhi oleh gerakan hippies dan perkembangan musik Rock saat itu, namun kita juga harus melihat faktor ekonomi dan korupsi sangat berpengaruh besar dalam memicu keresahan mahasiswa saat itu. Boleh dikatakan, bahwa “pilihan rambut gondrong telah menandai perpisahan antara gerakan mahasiswa dan orde baru/militer.”
Begitulah, hingga gerakan mahasiswa tahun 1998 yang berhasil menjatuhkan Soeharto, aktivis mahasiswa banyak sekali yang berambut gondrong. Ketika saya menginjakkan kaki pertama kali di Universitas, aksi protes di depan kampus dipimpin dan diramaikan oleh mahasiswa berambut gondrong.
Sekarang ini, seiring dengan menyusutnya gerakan mahasiswa di berbagai kampus dan pengaruh kuat “lifestyle” baru dari luar, mahasiswa berambut gondrong mulai berkurang pula. Kalaupun ada yang masih berambut panjang, tapi bukan lagi “gaya gondrong” ala mahasiswa tahun 1980-1990-an.
Namun demikian, ini tidak berarti bahwa mahasiswa yang bangkit melawan dan menjadi aktivis harus berambut gondrong, tidak harus dan tidak perlu begitu. Kalau kita melihat dari gambaran historisnya, rambut “gondrong” telah menjadi gaya yang dimusuhi penguasa dan diasosiasikan dengan “penentang” atau kegiatan subversif. Tidak mengherankan pula, sebagian aktivis mahasiswa telah memilih “berambut gondrong”sebagai pilihan untuk menunjukkan perlawanan dan kritik.
Dari uraian di atas, baik secara historis maupun secara sosial, “gaya rambut” puya dimensi yang sangat luas, tidak sekedar “mahkota” di kepala. Tidak hanya gondrong, tapi ada banyak gaya lain untuk menunjukkan identitasi atau bahkan perlawanan, misalnya gaya rambut “Mohawk” yang menjadi identitas perlawanan punk hari ini, diambil dari kisah perjuangan kaum Indian. “rambut tidak sekedar mahkota anda, tapi boleh jadi menjelaskan pendirian politik anda.”
Penulis adalah anggota Redaksi Berdikari Online dan Staff Kajian dan Bacaan KPP-PRD.
Sumber:
1. F.C. Fanggidaej, Sekelumit Pengalaman Pada Masa Revolusi Agustus 1945-194, PPI Belanda.
2. –; Peristiwa Rene Conrad-Mahasisw ITB Tahun 1970, http://hanyaadadiindonesiasaja.blogs...asisw-itb.html
3. Aria Wiratma Yudhistira, Rambut Dan Sejarah Indonesia, terbitan KUNCI edisi 16 April 2007
Sumber Artikel: http://www.berdikarionline.com
Selasa, 18 Februari 2014
JAMINAN ALLAH BAGI MEREKA YANG BERSEDEKAH
Bismillahirrohmanirrohiim
Suatu kali, ada seorang yang berthawaf di Ka'bah seraya berulang-ulang membaca do'a, "Ya Allah, jagalah diriku dari sifat kikir, ya Allah jagalah diriku dari sifat kikir." Sehingga ada yang menegur, wahai hamba Allah, apakah engkau tidak mengetahui selain do'a ini? Ia menjawab, sesungguhnya Allah berfirman, "Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung." (Al Hasyr: 9) Barangsiapa takut kepada Allah dalam masalah harta, lalu membelanjakannya sesuai dengan yang diridhai-Nya, memberi makan fakir miskin, serta mengeluarkannya untuk menolong agama Allah dan meninggi-kan kalimat-Nya, niscaya Allah akan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya, Allah akan menjaganya dan memberkahi keluarga dan anak-anaknya.
Jika ada orang kaya mengatakan padamu 'sedang engkau yakin tentang kejujurannya', berilah si fulan ini dan itu, besok engkau akan kuberi sesuatu yang lebih baik daripadanya, apakah engkau akan enggan menuruti kemauannya? Tentu, sedetik pun engkau tidak akan terlambat memenuhi keinginannya sebab engkau akan mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Lalu, apatah lagi jika yang menjanjikan kepadamu itu Allah Azza Wajalla, Pemilik langit dan bumi, Dzat Yang Maha Agung, Maha Pengasih dan Maha Kaya?
Allah berfirman, "Dan kebaikan apa saja yang engkau perbuat untuk dirimu, niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya." (Al Muzzammil: 20)
Sebaliknya, orang yang menimbun hartanya dan tidak mau menafkahkan sebagian daripadanya kelak pada Hari Kiamat Allah akan mengalungkan harta yang ia bakhilkan tersebut di batang lehernya, (Q.S.: 3: 180). Dengan emas dan peraknya 'padahal di dunia keduanya amat ia banggakan' yang telah dipanaskan dalam Neraka Jahannam, dahi, lambung dan punggung mereka dibakar/diseterika, (Q.S. 9:34-35)
Adapun keberuntungan atau faedah menafkahkan harta di jalan Allah adalah sangat banyak.
Pertama, Allah menjamin nafkah orang tersebut. Dalam hadits Qudsi disebutkan, "Wahai anak Adam, berinfaklah niscaya Aku (menjamin) nafkahmu." (Muttafaq Alaih)
Kedua, mendapatkan kebaikan saat tibanya Hari Penyesalan, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, "Barangsiapa bersedekah senilai satu biji kurma dari hasil kerja(nya) yang baik 'dan Allah tidak menerima kecuali yang baik-baik' maka sungguh Allah menerimanya dengan Tangan KananNya, lalu merawatnya sebagaimana salah seorang dari kamu merawat anak kuda/ untanya sehingga (banyaknya) seperti gunung, karena itu bersedekahlah !." (Muttafaq Alaih)
Ketiga, bersedekah bisa menghapuskan dosa. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, "Puasa adalah benteng, sedangkan sedekah melenyapkan kesalahan (dosa) sebagaimana air memadamkan api." (HR. Ibnu Majah dan Turmudzi, ia berkata hadits hasan shahih)
Keempat, nama harum di tengah-tengah masyarakat. Orang yang senang berinfak dan menyelesaikan kesulitan orang lain akan menjadi buah bibir dalam hal kebaikan. Berbeda dengan orang yang kikir, ia akan menjadi tumpuan kebencian orang lain karena hanya menumpuk harta bendanya untuk dirinya sendiri. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, "Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham ..."(HR. Bukhari dari Abu Hurairah).
Kelima, berinfak adalah salah satu akhlak Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. Di antara perbuatan yang sangat beliau cintai adalah memberi, bahkan memberikan sesuatu yang sangat beliau butuhkan sendiri, seperti pakaian yang sedang beliau kenakan. Demikian menurut hadits riwayat Bukhari dari Sahl bin Sa'ad Radhiallahu Anhu.
Keenam, berinfak menyebabkan rezki bertambah, berkembang dan penuh berkah. Lihat kembali (Q.S. 2:245)
Ketujuh, sedekah menyebabkan pemiliknya mendapat naungan pada Hari Pembalasan. Kelak pada Hari Pembalasan, saat kesulitan manusia memuncak dan matahari didekatkan dengan ubun-ubun manusia. Ketika itulah orang-orang yang suka bersedekah mendapat jaminan. Dalam hadits riwayat Abu Hurairah Radhiallahu Anhu disebutkan, ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi Allah, pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya. Salah satunya adalah, "Laki-laki yang bersedekah dan menyembunyikannya, sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dikeluarkan oleh tangan kanannya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Kedelapan, kecintaan Allah dan kecintaan manusia terhadapnya. Orang yang suka memberi akan dicintai orang lain, sebab secara fithrah manusia mencintai orang yang berbuat baik padanya. Seorang penyair bersenandung, "Berbuat baiklah kepada manusia, niscaya engkau menaklukkan hatinya. Sungguh, kebaikanlah yang menakluk-kan manusia. Berbuat baiklah jika engkau bisa dan kuasa, karena tidak selamanya orang kuasa berbuat baik."
Kesembilan, kemudahan melakukan keta'atan. Allah menolong orang yang suka bersedekah dalam melakukan berbagai keta'atan, sehingga ia merasa mudah melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Allah berfirman, "Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (Surga), maka Kami akan menyiapkan baginya jalan yang mudah".( Al Lail: 5-7)
Mudah-mudahan Allah menggolongkan kita termasuk di antara hamba-hamba-Nya yang suka bersedekah. Amin...
Rabu, 12 Februari 2014
KISAH WANITA CANTIK YANG MENGAGUMKAN
Bismillahirrohmanirrohiim
Ketika menelusuri sebuah jalan di kota Bashrah, Al Atabi melihat seorang wanita yang sangat cantik sedang bersendau gurau dengan seorang lelaki tua buruk rupa. Setiapkali wanita itu berbisik, laki-laki tersebut pun tertawa.
Al Atabi yang penasaran kemudian memberanikan diri bertanya kepada wanita itu. “Siapa laki-laki tersebut?”
“Dia suamiku”
“Kamu ini cantik dan menawan, bagaimana kamu dapat bersabar dengan suami yang jelek seperti itu? Sungguh, ini adalah sesuatu yang mengherankan” Al Atabi meneruskan pertanyannya.
“Barangkali karena mendapatkan wanita sepertiku, maka ia bersyukur. Dan aku mendapatkan suami seperti dirinya, maka aku bersabar. Bukankah orang yang sabar dan syukur adalah termasuk penghuni surga? Tidak pantaskah aku bersyukur kepada Allah atas karunia ini?”
Al Atabi kemudian meninggalkan wanita itu disertai kekaguman. Ulama Al Azhar, Dr Mustafa Murad, juga kagum dengan wanita itu sehingga memasukkan kisah ini dalam bukunya Qashashush Shaalihiin. Kedua ulama tersebut tidaklah kagum kepada wanita itu karena kecantikannya. Mereka kagum karena agamanya.
Dan benarlah pesan Rasulullah: “Wanita itu dinikahi karena empat hal; karena hartanya, kedudukannya, kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Wanita yang baik agamanya, ketika ia kaya, ia tidak sombong. Ia justru dermawan, suka berinfaq dan mendukung perjuangan dakwah suami dengan hartanya.
Wanita yang baik agamanya, ketika ia memiliki kedudukan tinggi dan nasab yang mulia, ia tidak menghina orang lain. Ia justru menjadi wanita yang mulia dan menggunakan kedudukannya untuk membela kebenaran.
Wanita yang baik agamanya, ketika ia cantik, ia tidak membuat suaminya resah. Ia justru menjadi penghibur hati dan penyejuk mata bagi suaminya tercinta. Wallahu a’lam bish shawab.
Kamis, 30 Januari 2014
SAHABAT SEJATI
Bismillahirrohmanirrohiim
Diantara teman-teman Kita yang ada di contact list atau di social media kita, ada diantara mereka yang ber"sumbu" pendek, seluruh aktivitasnya dihabiskan dengan hujat-menghujat, emosi-emosian dan panas-panasan..
Ada pula yang sibuk dengan perkara-perkara yang bukan kapasitas mereka untuk mengomentarinya..
Ada mereka yang sibuk berjualan, Ada yang sibuk dengan mencari-cari aib saudaranya, mencari kesalahan saudaranya, bahkan tidak tersisa satupun kebaikan saudaranya di matanya kecuali hanya kesalahan dan kekeliruan... Ada mereka yang gemar share status penuh kebaikan dan nasehat-nasehat, baik yang berasal dari ulama, maupun dari Kitabullah dan As-Sunnah, pun juga termasuk disini adalah mereka yang gemar dengan ilmu, menyibukkan diri dengannya dan menjauhkan diri dari perselisihan, walaupun manusia lain terkadang memandang sinis kepadanya karena tidak mengikuti "trend" saat ini...
Banyak bermacam-macam tipe teman, namun teman sejati... adalah mereka yang senantiasa mendoakan sahabatnya dalam keadaan bahkan kawannya tersebut tidak mengetahuinya, :
"Wahai sahabat, semoga rahmat Allah senantiasa menyertai dirimu dimanapun engkau berada dan kemanapun engkau pergi, dan semoga Allah selalu memudahkan segala urusanmu, semoga Allah selalu menetapkanmu dalam kebaikan,"
Hingga malaikat pun mendengar do'anya kemudian meng-aamiinkannya pula..
Diantara teman-teman Kita yang ada di contact list atau di social media kita, ada diantara mereka yang ber"sumbu" pendek, seluruh aktivitasnya dihabiskan dengan hujat-menghujat, emosi-emosian dan panas-panasan..
Ada pula yang sibuk dengan perkara-perkara yang bukan kapasitas mereka untuk mengomentarinya..
Ada mereka yang sibuk berjualan, Ada yang sibuk dengan mencari-cari aib saudaranya, mencari kesalahan saudaranya, bahkan tidak tersisa satupun kebaikan saudaranya di matanya kecuali hanya kesalahan dan kekeliruan... Ada mereka yang gemar share status penuh kebaikan dan nasehat-nasehat, baik yang berasal dari ulama, maupun dari Kitabullah dan As-Sunnah, pun juga termasuk disini adalah mereka yang gemar dengan ilmu, menyibukkan diri dengannya dan menjauhkan diri dari perselisihan, walaupun manusia lain terkadang memandang sinis kepadanya karena tidak mengikuti "trend" saat ini...
Banyak bermacam-macam tipe teman, namun teman sejati... adalah mereka yang senantiasa mendoakan sahabatnya dalam keadaan bahkan kawannya tersebut tidak mengetahuinya, :
"Wahai sahabat, semoga rahmat Allah senantiasa menyertai dirimu dimanapun engkau berada dan kemanapun engkau pergi, dan semoga Allah selalu memudahkan segala urusanmu, semoga Allah selalu menetapkanmu dalam kebaikan,"
Hingga malaikat pun mendengar do'anya kemudian meng-aamiinkannya pula..
Wallahu a`lam
Selasa, 28 Januari 2014
HUZNUDZON KEPADA ALLAH
Bismillahirrohmanirrohiim
Nabi NUH belum tahu banjir akan datang ketika ia membuat
kapal & ditertawai kaumnya.
Nabi IBRAHIM belum tahu akan tersedia domba ketika pisau nyaris memenggal buah hatinya.
Nabi MUSA belum tahu laut akan terbelah saat dia diperintah memukulkan tongkatnya.
Nabi MUHAMMAD SAW pun belum Tahu kalau Madinah adalah Kota Tersebarnya Ajaran yang dibawanya saat beliau diperintahkan berhijrah.
Yang Mereka Tahu adalah bahwa Mereka harus Patuh pada perintah Allah dan tanpa berhenti Berharap yang Terbaik.
Ternyata dibalik keTIDAKTAHUan kita, Allah telah menyiapkan SURPRISE saat kita menunaikan perintahNYA.
Pertolongan Allah datang di detik2 Terakhir dari Usaha Hamba-Nya.
Kalaupun Hasil Yang kita Usahakan masih Jauh dari Harapan , Usah kita berkecil hati.
Tetap HUZNUDZON apapun yang terjadi..
Berbaik sangkalah selalu kepada ALLAH....
Nabi IBRAHIM belum tahu akan tersedia domba ketika pisau nyaris memenggal buah hatinya.
Nabi MUSA belum tahu laut akan terbelah saat dia diperintah memukulkan tongkatnya.
Nabi MUHAMMAD SAW pun belum Tahu kalau Madinah adalah Kota Tersebarnya Ajaran yang dibawanya saat beliau diperintahkan berhijrah.
Yang Mereka Tahu adalah bahwa Mereka harus Patuh pada perintah Allah dan tanpa berhenti Berharap yang Terbaik.
Ternyata dibalik keTIDAKTAHUan kita, Allah telah menyiapkan SURPRISE saat kita menunaikan perintahNYA.
Pertolongan Allah datang di detik2 Terakhir dari Usaha Hamba-Nya.
Kalaupun Hasil Yang kita Usahakan masih Jauh dari Harapan , Usah kita berkecil hati.
Tetap HUZNUDZON apapun yang terjadi..
Berbaik sangkalah selalu kepada ALLAH....
Wallahu a`lam
Minggu, 26 Januari 2014
RENUNGKANLAH...
Bismillahirrohmanirrohiim
Anakku,,
ketika aku semakin tua, aku berharap kamu memahami dan memiliki kesabaran untukku. Suatu ketika aku memecahkan piring, atau di atas meja, karena penglihatanku berkurang aku harap kamu tidak memarahiku.
Orang tua itu sensitif. Selalu merasa bersalah saat kamu berteriak. Ketika pendengaranku semakin memburuk dan aku tidak bisa mendengar apa yang kamu katakana, aku harap kamu tidak memanggilku “Tuli!”.
Mohon ulangi apa yang kamu katakan atau menuliskannya.
Maaf anakku, aku semakin tua. Ketika lututku mulai lemah, aku harap kamu memiliki kesabarab untuk membantuku bangun, seperti bagaimana aku selalu membantu kamu saat kamu masih kecil, untuk belajar berjalan.
Aku mohon jangan bosan denganku ketika aku terus mengulangi apa yang ku katakana, seperti kaset rusak, aku harap kamu terus mendengarkan aku. Tolong jangan mengejekku, atau bosan mendengarkanku.
Apakah kamu ingat ketika kamu masih kecil dan kamu ingin sebuah balon? Kamu mengulangi apa yang kamu mau berulang-ulang sampai kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan.
Maafkan juga bauku. Tercium seperti orang yang sudah tua.
Aku mohon jangan memaksaku untuk mandi. Tubuhku lemah.
Orang tua mudah sakit karena mereka rentan terhadap dingin.
Aku harap, aku tidak terlihat kotor bagimu. Apakah kamu ingat, ketika kamu masih
Dan jika kamu memiliki waktu luang, aku harap kita bisa berbicara bahkan untuk beberapa menit. Aku selalu sendiri sepanjang waktu dan tidak memiliki seseorangpun untuk diajak bicara.
Aku tahu kamu sibuk dengan pekerjaan. Bahkan jika kamu tidak tertarik pada ceritaku, aku mohon berikan aku waktu untuk bersamamu.
Apakah kamu ingat, ketika kamu masih kecil ??
Aku selalu mendengarkan apapun yang kamu ceritakan tentang mainanmu.
Ketika saatnya tiba dan aku hanya bisa berbaring, sakit dan sakit. Aku harap kamu memiliki kesabaran untuk merawatku.
Maaf kalau aku sengaja mengompol atau membuat berantakan. Aku harap kamu memiliki kesabaran untuk merawatku selama beberapa saat terakhir dalam hidupku. Aku mungkin tidak akan bertahan lebih lama.
Ketika waktu kematianku datang, aku harap kamu memegang tanganku dan memberikanku kekuatan untuk menghadapi kematian.
Dan jangan khawatir ketika aku bertemu dengan Sang Pencipta, aku akan berbisik pada-Nya untuk selalu memberikan berkah padamu karena kamu mencintai ibu dan ayahmu.
Terima kasih atas segala perhatianmu nak. Kami mencintaimu dengan kasih yang berlimpah Ibu dan Ayah.
JIKA KALIAN MENYAYANGI ORANG TUA MU ,,BUAT LAH TERSEYUM SEBELUM NANTI KALIAN MENYESAL !!!!
Wallahu a`lam
Jumat, 24 Januari 2014
TANGIS DAN TAWA RASULULLAH SAW
Bismillahirrohmanirrohiim
Tangis Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam serupa dengan
tertawanya, tidak tersedu-sedu dan tidak berteriak- teriak seperti halnya
tertawanya beliau tidaklah terbahak-bahak namun kedua matanya berlinang hingga
meneteskan air mata, terdengar pada dada beliau desis napasnya.
Terkadang tangisan beliau sebagai bentuk ungkapan
kasih sayang terhadap orang yang meninggal atau pula sebagai
ungkapan rasa kekhawatiran dan belas kasih terhadap umatnya dan kadang karena
rasa takut kepada Allah atau ketika mendengar Al-Qur’an. Yang seperti itu
adalah tangisan yang timbul dari rasa rindu, cinta dan pengagungan bercampur
rasa takut kepada Allah.( Zadul Ma’ad 1/183.)
Abdullah bin Mas’ud menuturkan, Rasulullah
Shalallahu’alaihi Wassallam bersabda:
“Bacakan (Al-Qur’an) untukku.” Lalu katakan: “Wahai
Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam, aku baca untuk engkau padahal Al-Qur’an
turun kepadamu?” Beliau berkata: “Ya, Sesungguhnya saya ingin mendengarkannya
dari selainku.”
Lalu aku baca surat An-Nisa’ hingga sampai ayat :
“Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila
Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami
mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu
(sebagai umatmu).
Beliau lantas berkata: “Ya cukup.” Tiba-tiba air mata
beliau menetes.
Demikian pula Rasulullah
Shalallahu’alaihi Wassallam pernah menangis ketika menyaksikan salah satunya
cucunya yang nafasnya sudah mulai terputus-putus dan ketika putra beliau
Ibrahim meninggal, air mata beliau menetes karena belas kasih beliau kepadanya.
Beliau Shalallahu’alaihi Wassallam menangis ketika meninggalnya Ustman bin
Madh’un, beliau menangis ketika terjadi gerhana matahari lantas beliau shalat
gerhana dan beliau nienangis dalam shalatnya, kadang pula beliau menangis di saat
menunaikan shalat malam.
Diriwayatkan dari Tsabit Al-Bunaniy dari Muthorrif dari
bapaknya berkata: Saya menjumpai Nabi Shalallahu’alaihi Wassallam
sedang dalam keadaan shalat, terdengar dalam perut beliau Al-Aziz (seperti
suara air yang mendidih dalam Mirjal yaitu bejana) maksudnya beliau sedang
menangis. (HR Ahmad, An-Nasa-i dan Abu Dawud serta Al-Baihaqi dalam
Asy-Syu’ab dan dishahihkan oleh Al-Albani 8 AI-Fath Ar-Rabbani
4/111.)
Al-Aziz adalah rintihan dalam perut dalam arti lain suara
tangis. Al-Mirjal dengan dikasroh mimnya adalah bejana yang difungsikan
untuk mendidihkan air yang terbuat dari besi, kuningan atau batu. Disebutkan
dalarn Al-Fath Ar-Rabbaniy : Makna ucapan tersebut adalah bahwa isi perut
nabi Shalallahu’alaihi Wassallam mendidih dari sebab beliau menangis dari rasa
takut kepada Allah. (Al Fath Ar Rabbani 4/111)
Terdapat dalam suatu riwayat bahwasanya beliau
Shalallahu’alaihi Wassallam mengatakan : Beberapa surat telah membuatku beruban
seperti surat Hud, Al-Waqi’ah, AlMursalaat, Amma Yatasa’alun dan
surat Idzassyamsyu Kuwwirat. (Shahihul-Jami’ no 3723.)
Adalah bacaannya Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam bisa
membelah hati seseorang sebagaimana tertera dalam Ash-Shahihain dari Jubair bin
Muth’im, ia berkata :
Aku mendengar Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam
membaca surat Ath-Thur dalam shalat maghrib, tidaklah aku mendengar suara yang
paling bagus dari beliau. Dalam sebagian riwayat lain :Maka tatkala aku
mendengar beliau membaca:
“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka
yang menciptakan (diri mereka
sendiri) ?” (Ath-Thur: 35)
Lantas ia mengatakan: Hampir saja jantungku terbang.
Berkata Ibnu Katsir Ketika Jubair mendengar ayat tersebut ia
masih musyrik menganut ajaran kaumnya, ia datang di saat terjadinya penebusan tawanan
perang setelah perang badar. Maka cukuplah bagi kamu dengan orang yang
bacaannya punya pengaruh terhadap orang yang getol kepada kekafirannya dan
itulah yang menjadi sebab ia mendapatkan hidayah, oleh karena itu, sebaik-baik
bacaan adalah yang muncul dari kekhusyukan hati. Thawus berkata: manusia
yang paling bagus suaranya dalam membaca Al-Qur’an adalah yang mereka paling
takut kepada Allah.
Dinukil dari buku : Air Mata Iman, Kisah-kisah Salafus
Shaleh saat Membaca Al Qur’an
Wallahu a`lam
Rabu, 22 Januari 2014
WARISAN BAGI ISTRI YANG DI CERAI
Bismillahirrohmanirrohiim
Pertanyaan:
“Apakah wanita yang telah diceraikan oleh suaminya yang
kemudian meninggal tiba-tiba setelah menceraikannya mendapat bagian warisan,
sementara ia masih dalam masa iddah, atau setelah habis masa ‘iddah?”
Jawaban:
Wanita yang ditalak, jika suaminya meninggal ketika masih
dalam massa iddah, ada dua kemungkinan, yaitu talak raj’i
(yang bisa dirujuk) dan bukan raj’i (tidak bisa dirujuk).
Jika itu talak raj’i maka statusnya masih sebagai istri
sehingga iddahnya berubah dari iddah talak ke iddah wafat (iddah karena
ditinggal mati suami). Talak raj’i yang terjadi setelah campur tanpa iwadh
(pengganti talak), baik talak pertama maupun talak yang kedua kali,
jika suaminya meninggal, maka si wanita berhak mewarisinya, berdasarkan firman
Allah;
Wanita –wanita yang ditalak hendaklah menahan diri
(menunggu)tiga kali quru’. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang
diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari
akhir. Dan para suami mereka berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika
mereka (para suami) itu menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang
seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf (Al-Baqarah:228)
Dalam ayat lain disebutkan:
“Hai Nabi, apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka
hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya
(yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah
Rabbmu. Janganlah kamu keluar kecuali kalau mereka mengerjakan perbuatan keji
yang terang. Itulah hokum-hukum Allah dan barangsiapa yang melanggar
hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zhalim
terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan
sesudah itu sesuatu hal yang baru.” (Ath-Thalaq:1)
Allah memerintahkan wanita yang ditalak (raj’i) agar tetap
tinggal di rumah suaminya pada masa iddah, Allah berfirman.
“Kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan
sesudah itu sesuatu hal yang baru.” (Ath-Thalaq:1)
Maksudnya adalah rujuk. Jika wanita yang ditinggal mati
suaminya dengan tiba-tiba itu dalam keadaan talak ba’in (yang tidak dapat di
rujuk), seperti talak yang ketiga kali atau si wanita memberikan pengganti
mahar kepada suaminya agar ditalak, atau sedang pada masa fasah (pemutusan
ikatan pernikahan), bukan iddah talak, maka ia tidak berhak mewarisi dan
statusnya tidak berubah dari iddah talak ke iddah ditinggal mati suami.
Namun demikian, ada kondisi dimana wanita
yang ditalak ba’in tetap berhak mewarisi, yaitu seperti; jika sang suami
mentalaknya ketika sedang sakit dengan maksud agar si istri tetap mendapat hak
warisan walaupun masa iddahnya telah berakhir selama ia belum menikah lagi.
Tapi jika ia telah menikah lagi maka tidak boleh mewarisi (Fatawa Nur ‘Ala
Ad-Darb, Syaikh Ibnu Utsaimin)
Senin, 20 Januari 2014
BENARKAH TAHLILAN ITU BID'AH?
Bismillahirrohmanirrohiim
BEBERAPA BACAAN YG DIBACA SAAT TAHLILAN DI ANTARANYA:
1. Membaca Surat Al-Fatihah.
2. Membaca Surat Yasin.
3. Membaca Surat Al-Ikhlash.
4. Membaca Surat Al-Falaq
5. Membaca Surat An-Naas
6. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 1 sampai 5
7. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 163
8. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 255 (AyatKursi)
9. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 284 sampaiakhir Surat.
10. Membaca Istighfar
11. Membaca Tahlil : لاَاِلَهَ إِلاَّ اللهُ
12. Membaca Takbir : اَللهُأَكْبَرُ
13. Membaca Tasbih : سُبْحَانَاللهِ
14. Membaca Tahmid : الْحَمْدُللهِ
15. Membaca shalawat Nabi.
16. Membaca Asma'ul Husna.
17. Membaca do'a.
Masih sering sy jumpai beberapa tulisan ygisinya mnrt sy kurang tepat(kalau tdk mau dibilang salah) yg mengasumsikan bilatahlilan itu adalah jenis amaliah atau bacaan-bacaan yg hanya diperuntukkanatau dilaksanakan pada saat takziyah atau hanya dibaca saat memperingati 3, 7, 40, 100,1000 dst …. atas kematian seorang muslim sj.
Perlu sy jelaskan bahwa; Bacaan- bacaan yg di baca dlmkegiatan tahlilan bukanlah jenis amaliah yg hanya diperuntukkan saat takziyah atauhanya dibaca saat memperingati 3, 7, 40, 100, 1000 dst …. atas kematian seorangmuslim sj, akan tetapi tahlilan bolehdiamalkan kapan sj dan di mana sj kecuali pada tempat2 yg terlarang utkmengamalkan tahlilan tsb, misalnya :
-di dlm wc,
-di dlm kamar mandi,
-saat berhadas besar
-dll.
Adapaun pada saat takziyah atau memperingati 3, 7, 40, 100, 1000 dst …. atas kematian seseoarang tdk termasuk tempat yg terlarang utkmengamalkan kegiatan tahlilan.
Adapaun pada saat takziyah atau memperingati 3, 7, 40, 100, 1000 dst …. atas kematian seseoarang itu hanyalah salah satu momentum ygdi manfaatkan utk melaksanakan pembacaan-pembacaan yg dibaca dlm kegiatantahlilan.
Maka perlu sy tegaskan, bila ada yg beranggapan tahlilan itu adalahjenis amaliah atau bacaan-bacaan yg hanya diperuntukkan atau dilaksanakan padasaat takziyah atau hanya dibaca saat memperingati 3, 7, 40, 100, 1000 dst …. ataskematian seorang muslim sj maka anggapan tsbjls merupakan suatu anggapan yg “KELIRU” yg hanya didasarkan pada prasangkabelaka. Sebab tdk ada satupun ulama ASWAJA yg menetapkan sebagaimana yg telahdisangkakan tsb.
Selanjutnya mengenai anggapan bila tahlilan adalah merupakan perbuatan bid’ahdholalah, anggapan tsb juga salah besar , dengan alasan:
0. Tahlilan bukanlah termasuk “MA’TAM ATAU NIYAHAH” yg memang sdh terlarang dlmagama, namun tahlilan adalah jenis amaliah yg berisi kegiatan utk membacabeberapa bacaan yg di antaranya sdh sy kutipkan di atas.
1. Seluruh bacaan yg dibaca pada saat kegiatan tahlilan seluruhnya telahdikabarkan oleh Alloh dan Rosuln-NYA akan keutamaan dari seluruh bacaan tsb.
2. Tahlilan adalah sebuah istilah atau nama suatu kegiatan yg berisi beberapabacaan yg di antaranya sdh sy kutipkan di atas.
3. Tahlilan adalah masuk dalam ranah ibadah “GHOIRU MAHDHOH”, yaitu jenisibadah yang di samping sebagai hubungan hamba dengan Allah jugamerupakan hubungan atau interaksi antara hamba dengan makhluk lainnya .Prinsip-prinsip dlm ibadah ini ada 4, yaitu:
a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalilyang melarang. Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk iniboleh diseleng garakan.
b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contohRasul, karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah “bid’ah” , ataujika ada yang menyebut nya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bid’ah, makabid’ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam ibadah mahdhah disebut bid’ahdhalalah.
c. Bersifat rasional, ibadah bentuk inibaik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau madharatnya, dapat ditentukanoleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan,dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.
d. Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, makaselama itu boleh dilakukan.
BEBERAPA DALIL TENTANG KEUTAMAAN DARI SETIAP BACAAN DLM TAHLILAN
1.Membaca Surat Al-Fatihah.
Dalil mengenai keutaman Surat Fatihah:
عَنْ أَبِي سَعِيدِ بْنِالْمُعَلَّى قَالَ: قَالَ لِيْ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:أَلَا أُعَلِّمُكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ فِي الْقُرْآنِ قَبْلَ أَنْ تَخْرُجَ مِنَالْمَسْجِدِ؟. فَأَخَذَ بِيَدِي فَلَمَّا أَرَدْنَا أَنْ نَخْرُجَ قُلْتُ: يَارَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ قُلْتَ لَأُعَلِّمَنَّكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ مِنَالْقُرْآنِ. قَالَ: الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ هِيَ السَّبْعُالْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذِي أُوتِيتُهُ. رواه البخاري
Artinya: "Dari Abu Sa`id Al-Mu'alla radliallahu'anhu, ia berkata: Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda kepadaku:"Maukah aku ajarkan kepadamu surat yang paling agung dalam Al-Qur'an,sebelum engkau keluar dari masjid?". Maka Rasulullah memegang tanganku.Dan ketika kami hendak keluar, aku bertanya: "Wahai Rasulullah! Engkauberkata bahwa engkau akan mengajarkanku surat yang paling agung dalam Al-Qur'an".Beliau menjawab: "Al-Hamdu Lillahi Rabbil-Alamiin (Surat Al-Fatihah), iaadalah tujuh surat yang diulang-ulang (dibaca pada setiap sholat), ia adalahAl-Qur'an yang agung yang diberikan kepadaku". (Hadits riwayat:Al-Bukhari).
Membaca Surat Al-Ikhlash.
Dalil mengenai keutamaan Surat Al-Ikhlash.
عَنْ أَبِي سَعِيدٍالْخُدْرِيِّ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَصْحَابِهِ: أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَقْرَأَ ثُلُثَالْقُرْآنِ فِي لَيْلَةٍ فَشَقَّ ذَلِكَ عَلَيْهِمْ وَقَالُوا أَيُّنَا يُطِيقُذَلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ اللَّهُ الْوَاحِدُ الصَّمَدُ ثُلُثُالْقُرْآنِ . رواه البخاري
Artinya: Dari Abu Said Al-Khudriy radliallahu 'anhu,ia berkata: Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda kepada parasahabatnya: "Apakah kalian tidak mampu membaca sepertiga Al-Qur'an dalamsemalam?". Maka mereka merasa berat dan berkata: "Siapakah di antarakami yang mampu melakukan itu, wahai Rasulullah?". Jawab beliau:"Ayat Allahu Al-Waahid Ash-Shamad (Surat Al-Ikhlash maksudnya), adalahsepertiga Al-Qur'an" (Hadits riwayat: Al-Bukhari).
4. Membaca Surat Al-Falaq
5. Membaca Surat An-Naas
Dalil keutamaan Surat Al-Falaq dan An-Naas.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِياللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَإِذَا اشْتَكَى يَقْرَأُ عَلَى نَفْسِهِ بِالْمُعَوِّذَاتِ وَيَنْفُثُ فَلَمَّااشْتَدَّ وَجَعُهُ كُنْتُ أَقْرَأُ عَلَيْهِ وَأَمْسَحُ بِيَدِهِ رَجَاءَ بَرَكَتِهَا.
رواه البخاري
Artinya: Dari Aisyah radliallahu 'anhaa,"bahwasanya Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam bila merasa sakitbeliau membaca sendiri Al-Mu`awwidzaat (Surat Al-Ikhlas, Surat Al-Falaq danSurat An-Naas), kemudian meniupkannya. Dan apabila rasa sakitnya bertambah akuyang membacanya kemudian aku usapkan ke tangannya mengharap keberkahan darisurat-surat tersebut". (Hadits riwayat: Al-Bukhari).
6. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 1 sampai 5
7. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 163
8. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 255 (Ayat Kursi)
9. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 284 sampai akhirSurat.
Dalil keutamaan ayat-ayat tersebut:
عَنْ عَبْدُ اللَّهِ بْنِمَسْعُوْدٍ قَالَ: مَنْ قَرَأَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِيلَيْلَةٍ لَمْ يَدْخُلْ ذَلِكَ الْبَيْتَ شَيْطَانٌ تِلْكَ اللَّيْلَةَ حَتَّىيُصْبِحَ أَرْبَعًا مِنْ أَوَّلِهَا وَآيَةُ الْكُرْسِيِّ وَآيَتَانِ بَعْدَهَاوَثَلَاثٌ خَوَاتِيمُهَا أَوَّلُهَا ( لِلَّهِ مَا فِي السَّمَوَاتِ ). رواه ابنماجه
Artinya: "Dari Abdullah bin Mas'ud radliallahu'anhu, ia berkata: "Barangsiapa membaca 10 ayat dari Surat Al-Baqarah padasuatu malam, maka setan tidak masuk rumah itu pada malam itu sampai pagi, Yaitu4 ayat permulaan dari Surat Al-Baqarah, Ayat Kursi dan 2 ayat sesudahnya, dan 3ayat terakhir yang dimulai lillahi maa fis-samaawaati..)" (Hadits riwayat:Ibnu Majah).
Membaca Istighfar : أَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمَ
Dalil keutamaan membaca istighfar:
قَالَ اللهُ تَعَالَى:"وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْمَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُوَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيرٍ".سورة هود: 3
Artinya: Allah Ta'aalaa berfirman: "Danhendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jikakamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik(terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akanmemberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya.Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa harikiamat". (Surat Huud: 3)
. Membaca Tahlil : لاَاِلَهَ إِلاَّ اللهُ
Membaca Takbir : اَللهُأَكْبَرُ
. Membaca Tasbih : سُبْحَانَاللهِ
Membaca Tahmid : الْحَمْدُللهِ
Dalil mengenai keutamaan membaca tahlil, takbir dantasbih:
عَنْ جَابِرِ بْنَ عَبْدِاللَّهِ رَضِي اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّىاللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: أَفْضَلُ الذِّكْرِ لَا إِلَهَ إِلَّااللَّهُ وَأَفْضَلُ الدُّعَاءِ الْحَمْدُ لِلَّهِ . رواه الترمذي وابن ماجه
Artinya: Dari Jabir bin Abdullah radliallahu'anhumaa, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallambersabda: "Sebaik-baik Dzikir adalah ucapan Laa ilaaha illa-Llah, dansebaik-baik doa adalah ucapan Al-Hamdi li-Llah". (Hadits riwayat:At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِياللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيلَتَانِ فِي الْمِيزَانِحَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللَّهِالْعَظِيمِ. رواه البخاري ومسلم و أحمد وابن ماجه
Artinya: Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu, dariNabi shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: "Ada dua kalimat yang ringandi lidah, berat dalam timbangan kebaikan dan disukai oleh Allah Yang MahaRahman, yaitu Subhaana-Llahi wa bihamdihi, Subhaana-Llahi Al-'Adzim".(Hadits riwayat: Al-Bukhari, Muslim, Ahmad dan Ibnu Majah).
Membaca shalawat Nabi.
Dalilnya keutamaan membaca shalawat Nabi:
قَالَ اللهُ تَعَاَلى :إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا . سورة الأحزاب: 56
Artinya: Allah Ta'aalaa berfirman:"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya memberi shalawat* untukNabi. Hai orang-orang yang beriman, ucapkanlah shalawat untuk Nabi danucapkanlah salam penghormatan kepadanya". (Surat Al-Ahzaab: 56)
*Keterangan: Imam At-Tirmidzi berkata: diriwayatkanbahwa Imam Sufyaan Ats-Tsauriy dan ulama-ulama lain berkata: "Shalawatdari Allah artinya adalah rahmat, sedangkan shalawat dari Malaikat artinyapermohonan pengampunan". Pengertian ayat ini yaitu: Sesungguhnya Allahmemberi rahmat kepada Nabi dan para malaikat beristighfar (memohon ampunan)untuk Nabi. (lihat Tafsir Ibnu Katsir pada ayat ini).
Membaca do'a.
Keutamaan berdoa:
قَالَ اللهُ تَعَاَلىَ:وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَعَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ . سورة المؤمن: 60
Artinya: Allah Ta'aalaa berfirman: "Dan Tuhanmuberfirman: "Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masukneraka Jahannam dalam keadaan hina-dina". (Surat Al-Mukmin: 60)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِياللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَيْسَشَيْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ. رواه ابن ماجه والترمذي, و قال هذا حديث حسن غريب
Artinya: Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu, dariNabi shalla Allahu alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Tidak ada sesuatuyang lebih mulia di sisi Allah daripada do`a". (Hadits riwayat: Ibnu Majahdan At-Tirmidziy, kata At-Tirmidziy: hadits ini Hasan Ghariib)
KESIMPULAN
Jadi ksimpulannya tahlilan bukanlah termasuk bid'ah dholalh bila merujuk kpd definisi bid'ah dari Imam As-Syatibi dalam kitab I'tishom (kitab rujukan kaum salafi wahabi)
yg mengatakan:
عِبَارَةٌ عَنْ طَرِيْقَةٍفِي الدِّيْنِ مُخْتَرَعَةٍ تُضَاهِي الشَّرْعِيَّةَ يُقْصَدُ بِالسُّلُوْكِ عَلَيْهَا المُبَالَغَةُفِي التَّعَبُدِ للهِ سُبْحَانَهُ
Suatu istilah untuk suatu jalan dalam agama yangdibuat-buat yang menyerupai syari’at , yang dimaksudkan ketika menempuhnyaadalah untuk berlebih-lebihan dalam beribadah kepada Allah Ta’ala.
Dalam definisi tsb ada tiga hal yg perlu utk kitagaris bawahi:
1. Suatu istilah untuk suatu jalan dalam agama yangdibuat-buat yang menyerupai syari’at.
2. yang dimaksudkan ketika menempuhnya adalah untukberlebih-lebihan
3. dalam beribadah kepada Allah Ta’ala.
-Dalam kegiatan tahlilan tdk ada satu syariat islampun yg diserupainya.
-Tahlilan bukanlah sikap yg berlebihan dalam beribadah namun justru berusaha utk mengamalkan dari apa yg telah dikabarkan oleh Alloh dan Rosul-NYA akan ketamaan-keutamaan dari semua bacaan dlm tahlilan.
-Tahlilan masuk dlm ranah "IBADAH GHOIRU MAHDHOH" yg tdk ada istilah bid'ah di dlmnya, ataujika ada yang menyebut nya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bid’ah, makabid’ahnya disebut bid’ah hasanah
Demikian uraian singkat dari sy terkait dg soal kegiatan dlm tahlilan.
Semoga bermanfaat.
Nashrul Mukmin
Langganan:
Postingan (Atom)